Senin, 17 Oktober 2011

SULITNYA MEMBACA KITAB KUNING


Bagi seorang santri adalah suatu keharusan untuk bisa membaca kitab kuning, atau kitab-kitab klasik yang biasanya tidak ada harakatnya (gundul), seperti ulumul qur’an, ulumul hadis, tafsir, fiqih, dan lain-lain. Karena memang yang banyak dipelajari mengambil dari kitab-kitab tersebut. Jadi mau tidak mau santri harus bisa membacanya.

Memang tidak mudah untuk membaca kitab yang masih belum ada harakatnya, itu kenapa banyak para santri rela bertahun-tahun berada di pesantren supaya bisa membaca kitab kuning. Seperti yang saya rasakan sekarang. Meskipun sudah 10 tahun lebih berada di pesantren ini, ternyata masih belum lancar untuk membaca dan memahami kitab kuning tersebut. Mungkin itu juga karena saya kurang sungguh-sungguh untuk mempelajarinya.


Awal mula saya bisa membaca kitab kuning.

Mungkin pada saat itu sejak saya berada di bangku kelas empat diniyah, kalau sekarang pada tingkat ula dua, karena pada waktu itu saya sering diperintah membacakan kitab kuning oleh Alm. Allahummagfir lahu Ky. H. Zainal Ali Suyuthi ketika ngaji pagi, pada waktu itu pengajian kitab jurumiyah dan kailani. Mulai itulah saya belajar dan bertanya kepada para ustadz cara membaca kitab kuning.

Kendala-kendala yang dihadapi diwaktu membaca kitab kuning.

Memang banyak sekali kendala ketika awal belajar kitab kuning. Pertama, ada perasaan putus asa karena sulitnya membaca kitab kuning. Kedua, sulitnya memahami ilmu alat membaca kitab kuning, seperti nahwu dan sorrof. Ketiga, mungkin yang sangt susah lagi yaitu ketika tidak faham atau tidak mengerti maksud dari kitab tersebut.

Yang saya rasakan sekarang mungkin membaca kitab kuning itu sulit apabila belum tau dan tidak terbiasa dan akan mudah kalau kita sudah terbiasa. Menurut saya kalau ingin mudah dan lancar membaca kitab kuning tinggal membiasakannya saja.

1 komentar: